Selasa, 15 Mei 2012


LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR II
“MENGHITUNG JARAK BENDA, JARAK BAYANGAN
DAN JARAK TITIK API”


Univ


DISUSUN OLEH
Nama                                : ROHIMA
NPM                                  : A1E010002
Fakultas                             : KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jurusan                              : Pendidikan Fisika
Kelompok                          : 2
Tanggal Praktikum            : 25 Maret 2011
Dosen Pembimbing           : Desy Hanisa Putri, S.Pd., M.Si
                                              Eko Swistoro
                            
 

PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011


I.       Judul        : Menghitung Jarak Benda, Jarak Bayangan dan Jarak Titik Api.

II.    Tujuan     :
Menyelediki hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’) dan jarak titik api.

III. Landasan Teori :
      Alat optik sederhana yang paling penting tentu saja adalah lensa tipis. Perkembangan alat-alat optik dengan menggunakan lensa berawal dari abad ke-16 dan 17, walaupun catatan mengenai kacamata yang paling tua berasal dari akhir abad ketiga belas. Sekarang kita menemukan lensa pada kacamata, kamera, kaca pembesar, teleskop, teropong, mikroskop, dan peralatan kedokteran. Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua permukaannya melengkung. (Walaupun permukaan silinder juga mungkin, kita akan berkonsentrasi pada sferis). Kedua permukaan bisa berbentuk cekung, cembung, atau datar; beberapa jenis diperlihatkan pada gambar di bawah ini, dalam bentuk penampang lintangnya :
DSC00696








          Gambar 1





Lensa dapat kita anggap terbuat dari plastik transparan atau kaca sehingga indeks biasnya lebih besar dari udara. Sumbu lensa merupakan garis lurus yang melewati pusat lensa dan tegak lurus terhadap kedua permukaannya (lihat gambar di bawah)

DSC00700DSC00701







Gambar 2
     Dari hukum Snell, kita dapat melihat bahwa setiap berkas dibelokkan menuju sumbu pada kedua permukaan lensa. Jika berkas-berkas itu paralel dengan sumbu jatuh pada lensa tipis, mereka akan difokuskan pada satu titik yang disebut titik fokus, F. Hal ini tidak tepat benar untuk lensa dengan permukaan sferis. Tetapi akan hampir benar, yaitu berkas-berkas paralel akan difokuskan pada satu bagian kecil yang hampir berupa titik, jika diameter lensa kecil dibandingkan dengan radius kelengkungan kedua permukaan lensa. Kriteria ini dipenuhi oleh lensa tipis, yang sangat tipis dibandingkan dengan diameternya.
Berkas-berkas dari satu titik pada benda yang jauh pada dasarnya paralel. Dengan demikian kita dapat juga mengatakan bahwa titik fokus merupakan titik bayangan untuk benda pada jarak tak hingga pada sumbu utama. Berarti titik fokus bisa ditentukan dengan menentukan titik di mana berkas-berkas cahaya tersebut dibentuk menjadi bayangan yang tajam.




Jarak titik fokus dari pusat lensa disebut jarak fokus, f. Lensa dapat diputar sehingga cahaya dapat melewatinya dari sisi yang lain. Panjang fokus sama untuk kedua sisi, sebagaimana akan kita lihat kemudian, bahkan jika kelengkungan permukaan lensa-lensa itu berbeda. Jika berkas sinar paralel jatuh pada lensa dengan suatu sudut, seperti pada gambar 2, berkas-berkas tersebut akan terfokus pada titik Fa. Bidang di mana semua titik seperti F, Fa berada pada bidang fokus lensa.
Lensa manapun yang lebih tebal di tengah dari pada tepinya akan membuat berkas-berkas paralel berkumpul pada satu titik dan disebut lensa konvergen (lihat gambar 3a). Lensa yang lebih tipis di tengahnya dari pada tepinya (lihat gambar 3b) disebut lensa divergen karena membuat cahaya paralel menyebar. Seperti pada gambar di bawah
DSC00708DSC00701







Gambar 3a                                               Gambar 3b
Titik fokus, F, dari lensa divergen didefinisikan sebagai titik dimana berkas bias, yang berasal dari berkas-berkas datang yang paralel, tampak muncul seperti yang ditunjukkan pada gambar. Dan jarak dari F ke lensa disebut jarak fokus, sama seperti untuk lensa konvergen.
Parameter yang paling penting dari lensa adalah panjang fokus,f. Untuk lensa konvergen, f diukur dengan mudah dengan mencari titik bayangan untuk matahari atau benda jauh lainnya. Begitu f diketahui, posisi bayangan dapat ditemukan untuk benda apapun. Untuk menentukan titik bayangan dengan menggambar berkas-berkas akan sulit jika kita harus menentukan semua


sudut bias. Pada kenyataannya, untuk menentukan titik bayangan, kita hanya perlu mempertimbangkan 3 berkas yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini,
Berkas 3
 
Berkas 2
 
Berkas 1
 
DSC00709

Yang menunjukkan anak panah sebagai benda dan lensa konvergen yang membentuk bayangan di sebelah kanan. Berkas-berkas ini yang berasal dari satu titik pada benda digambar seakan-akan lensa tipis tak hingga, dan kita hanya menunjukkan satu belokkan tajam di dalam lensa dan bukan pembiasan pada setiap permukaan. Ketiga berkas ini digambarkan sebagai berikut:
Berkas 1 digambarkan paralel dengan sumbu utama, dibiaskan oleh lensa sehingga berjalan sepanjang garis melalui titik fokus F.
Berkas 2 digambarkan pada garis yang melewati titik fokus yang lain, F’ pada sisi depan lensa dan muncul paralel terhadap sumbu utama lensa.
Berkas 3 diarahkan ke pusat lensa, dimana kedua permukaan pada dasarnya paralel satu sama lainnya. Berkas ini muncul dari lensa dengan sudut yang sama pada saat masuknya. Berkas tersebut akan disimpangkan sedikit ke satu sisi, tetapi karena kita menganggap lensa ini tipis, kita menggambar berkas 3 seperti lurus.



Sebenarnya, 2 dari 3 berkas ini sudah cukup untuk mencari lokasi titik bayangan yang merupakan titik perpotongannya. Penggambaran ketiga bisa digunakan untuk memeriksa.
Dengan cara ini kita dapat menentukan titik bayangan untuk suatu titik pada benda. Titik-titik bayangan untuk semua titik yang lain pada benda dapat ditemukan dengan cara yang sama untuk menentukan bayangan lengkap benda. Karena berkas-berkas sebenarnya melalui bayangan untuk kasus pada gambar 23-34, bayangan  tersebut merupakan bayangan nyata.bayangan dapat dideteksi oleh film atau dilihat pada permukaan putih yang diletakkan pada posisi bayangan.
Dengan menggambarkan ketiga berkas yang sama, kita dapat menentukan posisi bayangan untuk lensa divergen (lihat gambar di bawah)
 
 

DSC00712
Perhatikan bahwa berkas 1 digambarkan paralel dengan sumbu tetapi tidak melewati titik fokus F’ di belakang lensa, melainkan tampak datang dari titik fokus F di depan lensa. Berkas 2 diarahkan menuju F’ dan dibiaskan paralel oleh lensa. Berkas 3 lewat langsung melalui titik pusat lensa. Ketiga berkas bias tampak muncul dari satu titik di kiri lensa. Inilah bayangannya. Karena berkas-berkas tersebut tidak melewati bayangan, maka bayangan ini merupakan bayangan maya. (Giancoli, 2001: 263-268)



Pantulan, Pembentukan Bayangan oleh cermin Datar
Ketika Cahaya menimpa permukaan benda, sebagian cahaya dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda (dan diubah menjadi energi panas) atau, jika benda tersebut transparan seperti kaca atau air, sebagian diteruskan. Untuk benda-benda yang sangat mengkilat seperti cermin berlapis perak, lebih dari 95 persen cahaya bisa dipantulkan.
Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan.
 (Tipler. 1989 : 442)

Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, seperti misalnya permukaan udara dan kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan arah dari sinar yang ditranmisikan tersebut disebut pembiasan.
 (Tipler. 1989 : 446)

Kebanyakan system optik  terdiri atas lebih dari satu permukaan pantul atau permukaan bias. Bayangan yang dibentuk oleh permukaan pertama menjadi obyek bagi permukaan kedua; bayangan yang dibentuk oleh permukaan kedua menjadi obyek lagi bagi permukaan ketiga, dan begitu seterusnya.
(Sears.Zemansky : 951)

Penurunan persamaan yang menghubungkan jarak bayangan dengan jarak benda dan panjang fokus lensa dapat menentukan posisi bayangan lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan dengan penelusuran berkas.Ditentukan  do sebagai jarak benda, jarak benda dari pusat lensa, dan d1 sebagai jarak bayangan, jarak bayangan dari pusat lensa; dan ditentukan h0 dan h1 sebagai panjang benda dan bayangan.Perhatikan dua berkas yang ditunjukkan  pada Gambar 23-37 untuk lensa konvergen(dianggap sangat tipis). Segitiga FI’I dan FBA sama karena sudut AFB sama dengan sudut IFI’; sehingga
hi/ho = di-f/f
karena panjang AB = h0.Segitiga OAO’ sama dengan IAI’. Dengan demikian,
hi/h0 = di/d0
Kita samakan ruas kanan persamaan-persamaan ini, bagi dengan di, dan susun kembali untuk mendapatkan
1/do + 1/di = 1/f .

Ini disebut persamaan lensa. Persamaan ini menghubungkan jarak bayangan di dengan panjang fokus f. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling berguna pada optika geometri. (Menariknya, persamaan ini tepat sama dengan persamaan cermin).


Beberapa perjanjian tanda yang berlaku untuk lensa konvergen maupun divergen, dan untuk semua situasi, yaitu:
a.         Panjang fokus positif untuk lensa konvergen dan negatif untuk lensa divergen.


b.        Jarak benda positif jika berada di sisi lensa yang sama dengan datangnya cahaya (kasus umumnya seperti ini, walaupun jika lensa digunakan dengan kombinasi, mungkin tidak demikian); selain itu negatif.
c.         Jarak bayangan positif jika berada di sisi lensa yang berlawanan dengan arah datangnya cahaya; jka berada di sisi yang sama, di negatif. Ekivalen, jarak bayangan positif untuk bayangan nyata dan negatif untuk bayangan maya.
d.        Tinggi bayangan, hi, positif jika bayangan tegak, dan negatif jika bayangan terbalik relatif terhadap benda.(ho selalu diambil positif).
(Giancolli: 268-270)


   Kita dapat menentukan sifat-sifat bayangan dengan menggunakan metode grafis sederhana. Metode ini terdiri dari pencarian titik potong beberapa sinar tertentu yang berpencar dari sebuah titik dari benda itu (seperti titik Q dalam gambar 35-18) dan direfleksikan oleh cermin tersebut.Maka, semua sinar dari titik benda ini yang menumbuk cermin tersebut akan berpotongan di titik yang sama.Untuk konstruksi ini selalu memilih sebuah titik benda yang tidak berada pada sumbu optic. Empat sinar yang biasanya dapat kita gambarkan dengan mudah diperlihatkan dalam gambar  35-18. Sinar –sinar ini dinamakan sinar-sinar utama.
1.      Sebuah sinar yang parallel dengan sumbu, setelah refleksi, lewat melalui titik fokus F dari sebuah cermin cekung atau terlihat datang dari titik fokus (maya) dari sebuah cermin cembung.
2.      Sebuah sinar yang melalui (atau yang diteruskan menuju) titik Sebuah sinar yang paralel dengan sumbu,setelah refleksi, lewat fokus F direfleksikan paralel dangan sumbu.
3.      Sebuah sinar sepanjang jari-jari yang melalui atau yang menjauhi pusat kelengkungan C memotong permukaan itu secara


normal dan direfleksikan kembali sepanjang lintasannya yang semula.
4.      Sebuah sinar ke verteks V direfleksikan membentuk sudut yang sama dengan sumbu optic.





                           Gambar 1                                                        Gambar.2. 
   Diagram sinar utama yang memperlihatkan metode grafis dalam menentukan letak sebuah bayangan yang dibentuk oleh sebuah cermin.
(Young dan Freedam, 2004: 541)
Jarak bayangan ke titik fokus berbanding terbalik dengan jarak dari benda ke titik fokus yang lain dari lensa. Hubungan ini disebut rumus Newton.
      Dari rumus Newton dapat diperoleh hubungan antara jarak benda (objek) (s), jarak bayangan (s’), dan jarak focus (f).
               Tampak bahwa:
               s= x + f dan s’= x’ + f
               Sedang dari rumus Newton didapat
               xx’= f2 atau (s –f )(s’ –f)= f2 , sehingga
               ss’ – f(s + s’) - f2 = f2
               ss’ = f(s + s’)
   Jika persamaan di atas dibagi dengan ss’f, maka diperoleh , yaitu hubungan antara letak benda, letak bayangan, dan jarak focus, hubungan ini disebut rumus Gauss.
(Sutrisno, 1984: 132-133)




IV. Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :

·        Meja optik
·        Rel presisi
·        Pemegang slide diafragma
·        Bola lampu 12 V, 18 W
·        Diafragma 1 celah
·        Tumpukan berpenjepit
·        Lensa f = 100 mm bertangkai
·        Lensa f = 200 mm bertangkai
·        Catu daya
·        Kabel penghubung merah
·        Kabel penghubung hitam
·        Tempat lampu bertangkai
·        Penyambung rel
·        Kaki rel
·        Mistar 30 cm

V.    Langkah-langkah Percobaan
5.1.  Langkah Percobaan
1.      Diatur agar jarak sumber cahaya ke lensa f = 100 mm sama dengan 10 cm.
2.      Diatur jarak antara lensa (f = 200 mm) dengan benda (celah panah) 30 cm sebagai jarak benda (s).
3.      Digeser-geser layar menjauhi atau mendekati lensa sehingga diperoleh bayangan yang jelas (tajam) pada layar.



4.      Diukur jarak layar ke lensa sebagai jarak bayangan (s’) dan isikan hasilnya ke dalam tabel pada kolom hasil pengamatan.
5.      Diulangi langkah 1 sampai 4 untuk jarak-jarak benda seperti yang tertera dalam tabel hasil pengamatan.
6.      Dilengkapi isian tabel hasil pengamatan dengan hasil perhitungan yang berkaitan dengan data.


     5.2.    Gambar Rangkaian


                                                                                 




Keterangan :
1.      Disusun alat-alat yang diperlukan seperti gambar di atas, berurutan dari kiri, sumber cahaya, lensa f = 100 mm, diafragma, lensa f = 200 mm, meja optik/layar.
2.      Sebagai benda digunakan diafragma anak panah yang diterangi sumber cahaya.



3.      Sebagai layar penangkap bayangan digunakan meja optik yang diberdirikan seperti gambar di atas.
4.      Dipotong kertas sehingga ukurannya kira-kira 2 cm lebih besar dari lebar meja optik. Dilipat kelebihan lebar itu masing-masing sekitar 1 cm tiap sisi.
5.      Disisipkan kertas itu ke dalam meja optik seperti gambar di atas. Kertas itu akan bertindak sebagai pelapis layar, agar layar berwarna putih bersih.
6.      Diatur kesesuaian sumber cahaya dengan catu daya maupun sumber listriknya (PLN).
7.      Disambungkan rel presisi yang satu dengan rel presisi yang lain, agar diperoleh rel yang panjang.

VI. Hasil Pengamatan
Data Hasil Pengamatan
No
s(cm)
1/s
s’(cm)
1/s’
1/s + 1/s’
1/f
1
30
0.033
57,5
0,017
0,05

2
35
0,029
46,5
0,021
0,05

3
40
0,025
40
0,025
0,05

4
45
0,022
35
0,028
0,05

5
50
0,020
32,5
0,03
0,05


6.1      Perhitungan dan Pembahasan
6.1    Perhitungan
Hasil Perhitungan :
1.      Untuk  s  = 30 cm
    Diket       : s = 30 cm
                      s’ = 57,5cm
    Ditanya   : f = . . . ?
    Jawab      :
        
2.      Untuk   s  = 35 cm
    Diket       : s  = 35 cm
                      s’ = 46,5 cm
    Ditanya   : f = . . . ?
    Jawab      :
   
3.      Untuk   s = 40 cm
    Diket       : s = 40 cm
                      s’ = 41 cm
    Ditanya   : f = . . . ?
Jawab      :
       
4.      Untuk   s = 45 cm
           Diket        : s = 45 cm
                      s’ = 35,5 cm
    Ditanya   : f = . . . ?
    Jawab      :
5.      Untuk  s = 50 cm
    Diket       : s = 50 cm
                      s’ = 33,4 cm
    Ditanya   : f = . . . ?        
                               



6.2 Pembahasan
      Pada percobaan yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’) dan jarak titik api ini menggunakan 2 buah lensa dengan fokus berbeda-beda. Adapun susunan alat pada percobaan ini adalah:
                       
                 
                 
 




      Seperti terlihat pada gambar diatas lensa cembung (konveks) adalah lensa dengan satu permukaan melengkung keluar disebut cembung. Lensa cembung kaca diudara berlaku sebagai lensa konvergen. Ukuran, posisi dan jenis bayangan benda (nyata atau maya ) bergantung pada seberapa jauh lensa dari benda. Lensa Konvergen adalah lensa yang mengakibatkan sinar-sinar sejajar yang jatuh pada lensa tersebut mengumpul pada fokus utama pada sisi lain dari lensa.
      Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa lensa cembung berfungsi untuk mengumpulkan bayangan pada suatu titik (titik fokus). Adapun kronologis pada percobaan ini adalah, saat sinar sejajar dengan sumbu lensa 1 (f =100 mm) dari sumber cahaya datang maka akan dibelokkan oleh lensa 1 sehingga akan melalui titik fokus 1. Agar sinar dapat terfokus maksimal itulah sebabnya jarak antara sumber cahaya dengan lensa 1 harus 10 cm karena fokus lensa 1 adalah 100 mm = 10 cm.  Itulah maksud diletakkannya lensa 1 yaitu untuk memfokuskan sinar pada benda sehingga akan mempermudah untuk menentukkan jarak bayangan pada lensa 2. Jika sinar tidak melewati lensa 1 terlebih dahulu atau sinar langsung mengenai benda, maka susah untuk menentukan bayangan karena tak akan terbentu bayangan yang jelas atau terang. Sinar dari lensa satu inilah yang berikutnya berguna untuk menentukan bagaimana pembiasan pada lensa cembung 2 (f = 200 mm).
      Pada percobaan ini pertama-tama alat-alat disusun berurutan dari kiri ke kanan : sumber cahaya, lensa f = 100 mm, diafragma, lensa f = 200 mm, meja optik/layar.
Kemudian diatur jarak antara sumber cahaya dan lensa f = 100 mm yaitu 10 cm, dan jarak antara lensa f = 200 mm dengan diafragma (benda/celah panah) yaitu 30 cm. Setelah itu layar digeser-geser menjauhi dan mendekati lensa sehingga diperoleh bayangan yang jelas pada layar. Jarak antara lensa dan bayangan tersebut diukur (s’) dan dicatat pada tabel pengamatan.
Kemudian langkah kerja di atas diulangi dengan jarak antara lensa f = 200 mm dan benda berturut-turut 35 cm, 40 cm, 45 cm, dan 50 cm.
Dari kegiatan tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut :

No
s(cm)
1/s
s’(cm)
1/s’
1
30
0.033
59,2
0,0169
2
35
0,029
46,6
0,0214
3
40
0,025
41
0,0244
4
45
0,022
35,5
0,0281
5
50
0,020
33,4
0,0299

Dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai jarak benda (s), maka jarak bayangan yang didapat (s’) akan semakin kecil. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan pada tabel pengamatan, maka dapat dicari jarak titik fokusnya (f), dengan menggunakan persamaan . Sehingga diperoleh jarak titik fokusnya yaitu :
Pada s = 30 cm, didapat jarak fokusnya sebesar 19,91 cm.
Pada s = 35 cm, didapat jarak fokusnya sebesar 19,98 cm.
Pada s = 40 cm, didapat jarak fokusnya sebesar 20,24cm.
Pada s = 45 cm, didapat jarak fokusnya sebesar 19,84cm.
Pada s = 50 cm, didapat jarak fokusnya sebesar 20,024cm.

Pada percobaan ini, digunakan lensa f = 200 mm, hal ini berarti bahwa titik fokus lensa adalah 20 cm. Tapi pada hasil percobaan di atas titik fokusnya tidak tepat 20 cm, akan tetapi mendekati 20 cm. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh :
1.    Adanya kesalahan atau kurang telitinya dalam pengukuran jarak antara lensa dan bayangan  (s’).
2.    Adanya kesalahan atau kurang telitinya saat mengatur jarak sumber cahaya ke lensa f = 100 mm.
3.    Kurang teliti pada saat menentukan jelas atau belumnya bayangan yang terbentuk.

ü  JAWABAN PERTANYAAN

a.      Hubungan antara  dengan
Dari penjumlahan  dengan  , maka akan didapatkan . Seperti pada persamaan ini  yang disebut persamaan cermin, persamaan ini didapat dari penjabaran berikut :
Jarak bayangan ke titik fokus berbanding terbalik dengan jarak dari benda ke titik fokus yang lain dari lensa. Hubungan ini disebut Rumus Newton.
Dari rumus Newton dapat diperoleh hubungan antara jarak benda (objek) (s), jarak bayangan (s’), dan jarak titik fokus (f).
Tampak bahwa:
s= x + f dan s’= x’ + f
Sedang dari rumus Newton didapat
xx’= f 2 atau (s –f )(s’ –f)= f 2 , sehingga
ss’ – {f (s + s’)} + f2 = f2
ss’ = f (s + s’)
Jika persamaan di atas dibagi dengan ss’f, maka diperoleh , yaitu hubungan antara letak benda, letak bayangan, dan jarak titik fokus, hubungan ini disebut rumus Gauss.  (Sutrisno, 1979: 132-133)
Sehingga dari hubungan ini bisa dilihat, bahwa semakin besar jarak benda (s) maka semakin besar jarak titik fokusnya (f). Namun pada percobaan ini lensa yang digunakan adalah  lensa f = 200 mm, sehingga besarnya jarak fokus selalu konstan, dalam artian selalu sesuai dengan besar fokus pada lensa yang digunakan.

b.      Grafik hubungan  terhadap
Dari percobaan ini didapat nilai dan nilai  adalah sebagai berikut :
1/s
1/s’
0.033
0,0169
0,029
0,0214
0,025
0,0244
0,022
0,0281
0,020
0,0299

Maka berdasarkan data tersebut, dapat dilihat grafik hubungan  terhadap  adalah sebagai berikut :










Grafik Hubungan Antara 1/s terhadap 1/sDalam cm

 
 



VII.          Kesimpulan dan Saran
A.      Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.        Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), dan jarak titik api dapat dilihat melalui persamaan  (rumus Gauss).
2.        Semakin besar nilai jarak benda (s), maka jarak bayangan yang didapat (s’) akan semakin kecil

B.       Saran
  1. Diharapkan sebelum melakukan percobaan, praktikan mengetahui maksud dan tujuan percobaan tersebut agar percobaan dapat berjalan lancar dan praktikan dapat mengambil pelajaran dari percobaan tersebut.
  2. Diharapkan sebelum melakukan percobaan, praktikan mengetahui alat-alat apa saja yang akan digunakan, dan apa fungsi dari alat-alat yang akan digunakan tersebut, agar praktikan dapat melakukan percobaan dengan baik dan benar.
  3. Praktikan harus teliti dalam pengukuran maupun perhitungan.
4.      Diharapkan para asisten mengusai materi yang akan dipraktikum agar dapat membimbing jalannya praktikum dengan baik dan benar.


VIII.                  Daftar Pustaka

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Sutrisno. 1984. Fisika dasar seri Gelombang dan optik. Bandung: ITB
Tipler, Paul A. 1989. Fisika Untuk Sains dan teknik. Jakarta: Erlangga
Young dan Freedman. 2004. Fisika Universitas Edisi 10 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Zemansky, Sears. 1982. Fisika untuk Universitas 1 Mekanika Panas Bunyi. Bandung: Binacipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar